Kenapa Anak Tiba-Tiba Berkata Kasar

Pernah nggak terheran-heran saat anak kamu yang lucu dan manis itu, tiba-tiba pulang dengan segebok kosa kata kasar, umpatan dan makian? Lalu kamu bertanya-tanya, "Ni anak niru siapa sih?!"

Waktu Berkualitas Bersama Keluarga

Harta yang paling berharga, adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah, keluarga












Rasanya kita sudah tak asing lagi dengan lirik Harta Berharga yang menjadi soundtrack Keluarga Cemara ini. Sebuah film lawas yang diangkat ke layar lebar tahun lalu.

Saya sendiri belum sempat nonton film ini, jadi ya saya nggak bisa cerita banyak. Apa yang mau saya tuliskan kali ini adalah mengenai bagaimana kita memaknai keluarga, harta paling berharga ini. Sudah kah kita memperlakukannya selayaknya harta berharga? Atau, jangan-jangan kita sering kali take it for granted.

Kisah Raja Midas

Ada sebuah cerita menarik tentang seorang raja yang begitu mencintai emas bernama Raja Midas. Dikisahkan Midas yang telah berjasa kepada Dionysus, Dewa Anggur, meminta agar ia memiliki kemampuan untuk merubah semua yang ia sentuh menjadi emas. Dionysus pun mengabulkan permintaan Midas.

Senang bukan kepalang, Midas kembali ke istananya dan merubah seisi istana menjadi emas. Semua yang ia sentuh berubah menjadi emas. Termasuk makanan dan minuman, sehingga membuatnya khawatir akan mati kelaparan dan kehausan.

Namun, petaka yang lebih buruk terjadi. Tanpa sengaja Midas menyentuh putri semata wayangnya dan dalam sekejap ia pun berubah jadi emas.

Midas begitu sedih dan meminta Dionysus mencabut kemampuannya itu. Dionysus memerintahkan Midas untuk membasuh tangannya dengan air dari Sungai Pactolus. Seketika itu Midas bergegas ke Sungai Pactolus dan segera membasuh tangannya. Dan, kutukan sentuhan emas itu pun berakhir.

Midas begitu bahagia melihat putrinya kembali seperti sedia kala. Ia kini menyadari bahwa ada harta yang begitu berharga...jauh lebih berharga dibandingkan emas.

Moral Cerita

Cerita Raja Midas ini mengajarkan bahwa betapapun berharganya harta benda, tetapi tidak ada yang bisa menggantikan keluarga.

Walaupun, sungguh sangat ironis betapa seringkali kita (saya) mengorbankan keluarga untuk hal yang lain. Waktu yang habis banyak dalam pekerjaan, menyisakan kurang dari 3 jam efektif bagi saya menemani anak dan istri saya. Itu pun sudah sibuk sendiri mengurus kewajiban-kewajiban rumah tangga seperti membersihkan rumah, menyuapi anak, mencuci piring, dan lainnya. Praktis, hampir tidak ada waktu untuk sekedar bercakap-cakap santai atau bermain bersama anak.

Yang tersisa hanya akhir pekan.

Ada yang bilang kualitas lebih penting daripada kuantitas. Namun, dalam hal kebersamaan bersama keluarga, saya percaya bahwa quality time comes in a right quantity.

Bagaimana denganmu?